Banjir besar yang terjadi pada tanggal 2
February 2004 masih banyak menyisakan cerita sedih. Korban yang kehilangan
nyawa hingga puluhan orang, banjir juga memberikan dampak pada segi ekonomi. Jakarta sebagai pusat
perekonomian sempat lumpuh sejenak. Dampak tersebut sangat dirasakan oleh
perusahaan-perusahaan besar yang ada di sekitar Jakarta, mereka menyatakan
bahwa banjir selama lima hari tidak hanya memangkas potensi pendapatan, tetapi merugikan
perusahaan, seperti PT.Kereta Api Indonesia mengklaim kehilangan pendapatan
sebesar 5 Miliar, Pertamina 100 miliar dan lain-lain.
Dari catatan menteri perindustrian, 23
perusahaan berhenti operasi, dikarenakan perusahaan mereka terendam banjir, tidak
mendapat aliran listrik dan banyak karyawan yang tidak masuk kerja dikarenakan
banjir. Contoh 2100 unit usaha mebel dan furniture tutup karena terendam
banjir.
Tidak hanya merugikan perusahaan-perusahaan
besar dan kecil, ada pula dampak ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat
terhadap harga kebutuhan rumah tangga. Harga kebutuhan rumah tangga naik hingga
30%. Kenaikan ini terjadi karena distribusi barang tidak lancar akibat banjir.
Dalam skala yang lebih luas, pengangguran dan kemiskinan semakin meningkat.
Melihat kondisi tersebut, dalam jangka pendek Jakarta harus segera dipulihkan. Berapapu
anggarannya, harus disediakan. Itu sudah menjadi konsekuensi logis. Tetapi
sampai saat ini, pengendalian tersebut belum dirasakan.
Contoh gambar bencana banjir yang dampaknya mempengaruhi perusahaan besar adalah PT.KAI Indonesia. Pengoperasian Kereta Api terputus karena rel terendam banjir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar